Membangun Masyarakat Sehat (Halaman 104)



Impianku

    Seusai sekolah, seperti biasa Siti, Dayu, dan Edo menunggu angkutan umum untuk pulang sambil bercakap ringan.
    “Wah, mendung betul ya. Aku lupa membawa payung,” Dayu cemas menatap langit yang gelap.
    “Kalau cuma sekedar basah kehujanan sih tak apalah, aku justru suka,” Edo menanggapi. “Masalahnya, kalau hujan agak deras sedikiiit saja, pasti jalan masuk ke arah rumahku, banjir!”
    Siti menatap keheranan, “Iya, kenapa sekarang RT-mu sering banjir do? Padahal dulu kan tidak begitu.”


    Edo bersungut, “Banyak sampah menyumbat saluran air. Padahal Pak RT rajin mengadakan kegiatan membersihkan selokan, tetapi sayangnya warga yang buang sampah sembarangan masih lebih banyak dibandingkan yang kerja bakti”
    “Nah itulah cita-citaku, teman-teman. Jika aku besar nanti, aku mau membuat Indonesia bersih! Banyak taman hijau, sungai-sungai berwarna biru bening, dan tak ada sampah berserakan. Aku akan membuat masyarakat cinta kebersihan dan merasa malu kalau membuang sampah sembarangan.” Dayu menyampaikan pendapatnya dengan penuh semangat.
    Siti menambahkan, “Kalau aku, paling tidak suka ketika harus menggunakan sarana umum yang kotor. Jadi, apabila aku sudah besar, aku mau membuat angkutan umum, toilet, taman, sekolah, terminal yang bersih! Dengan begitu, orang tidak akan ragu menggunakan sarana umum karena nyaman, ya kan?”
    “Mimpiku, adalah membuat daerah pemukiman bebas polusi! Sekolah mewajibkan murid-muridnya bersepeda atau jalan kaki ke sekolah. Bayangkan saja, betapa banyak asap kendaraan yang bisa dikurangi” Edo menyambung dengan tak kalah bersemangat.
    Siti tergelak, “Indah betul mimpi kita! Tapi bayangkan juga, bagaimana caranya membuat Indonesia bersih dan indah, ini halte tempat kita berdiri saja kotor, penuh coretan, puntung rokok, dan sampah bungkus permen.” “Siti betul juga. Pak RT yang sudah dewasa saja kesulitan mengajak warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, padahal akibat banjir sudah terasa langsung. Apalagi kita yang masih anak-anak, bagaimana mulainya membuat Indonesia bersih?” Edo mengangguk lesu.
    Dayu menepuk bahu kedua sahabatnya dengan penuh semangat,”Kita harus optimis, teman! Kita mulai dulu dari kita bertiga, saling mengingatkan untuk peduli lingkungan. Kita jaga kebersihan. Kita buang sampah pada tempatnya,” Dayu memungut bungkus permen yang berserakan di halte lalu membuangnya ke tempat sampah. “Kata Ayahku, kebaikan itu jika dikerjakan dengan konsisten, pasti menular pada lingkungan terdekat. Mungkin awalnya hanya kita bertiga, lalu menular pada keluarga inti kita, lalu masing-masing dari mereka juga menularkan kepada lingkungan terdekatnya. Lama-lama pasti jadi banyak dan tidak mustahil, suatu hari terwujud Indonesia yang bersih!”
    Siti tertawa lagi menyambut semangat sahabatnya,”Setuju! Kita harus mulai dari diri kita dan lingkungan terdekat dulu. Jadi Edo, besok kita mulai naik sepeda ya?!”
    “Ayo, mulai besok kita bersepeda ke sekolah. Mudah-mudahan lama-kelamaan teman-teman banyak yang ikut. Badan sehat, polusi udara berkurang.” Edo menjawab sambil menghentikan mobil angkutan yang akan membawanya pulang.

Jika kamu terlibat diskusi dengan Siti, Edo, dan Dayu, tulislah pertanyaan yang akan kamu ajukan tentang impian mereka.




Tukarkan pertanyaanmu dengan teman di sebelahmu dan berikan gagasan dan komentarmu untuk menjawab setiap pertanyaan.

Tuliskan 4 hal penting yang kamu temukan dalam dialog tadi sehubungan dengan membangun masyarakat sehat. Tulis alasan mengapa kamu menganggap hal tersebut penting.




Seperti apa lingkungan dan masyarakat sehat impianmu? Ceritakan secara tertulis!

Apa yang bisa kamu lakukan untuk mewujudkan impian tersebut?



Dalam dialog tadi terdapat ungkapan ‘Lingkungan kita adalah apa yang kita lakukan’. Apa yang dimaksud dengan ungkapan tersebut? Berikan contoh. Diskusikan secara berpasangan dan tulis kesimpulannya!


Bagaimana kamu mengaitkan antara sikap manusia sehari-hari dengan upaya membangun lingkungan dan masyarakat bersih dan sehat. Kamu dapat menjelaskan menggunakan gambar. 


Powered by Blogger.