Tema 8
Aneka Tradisi Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW (Hal. 115)
Bagaimana tradisi maulid di tempatmu?
Contoh tradisi
memperingati Maulid Nabi yang ada di Indonesia:
Bungo Lado
Masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, memiliki kebiasaan unik dalam memperingati
Maulid Nabi Muhammad Saw. Mereka melakukan kegiatan yang disebut dengan
bungo lado. Bungo lado merupan pohon hias berdaunkan uang, atau disebut
dengan pohon uang. Biasanya uang kertas dari berbagai macam nominal
ditempel pada ranting-ranting yang dipercantik dengan kertas hias.
Tradisi bungo lado menjadi kesempatan
bagi warga juga perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di
daerah itu. Karenanya, masyarakat dari beberapa desa akan membawa bungo
lado. Peringatan maulid tersebut digelar secara bergantian di beberapa
kecamatan.
Muludhen
Di
Madura acara ini dikatakan “Muludhen”. Yang mana dalam acara itu
biasanya diisi dengan pembacaan barzanji dan sedikit selingan ceramah
keagamaan yang menceritakan tentang akhlaq Sang Nabi pada masanya untuk
dijadikan sebagai suri tauladan demi kehidupan saat ini.
Pada tanggal 12 Rabi’ul Awal,
masyarakat akan berduyun-duyun datang ke masjid untuk merayakan Maulid
Agung. Maulid Agung adalah tanggal pas kelahiran Nabi. Di luar Maulid
Agung ini, orang masih merayakannya di rumah mereka masing-masing. Tentu
tidak semua, hanya mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan.
Saat Maulid Agung, para
perempuan biasanya datang ke masjid atau mushalla dengan menyunggi talam
yang di atasnya berisi tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi
beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng.
Ngalungsur Pusaka di Garut
Di
Garut, terdapat upacara Ngalungsur yaitu proses upacara ritual dimana
barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang)
setiap setahun sekali dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga
dan digosok dengan minyak wangi supaya tidak berkarat, di fokuskan di
desa Lebak Agung, Karangpawitan. Di Banten kegiatan di fokuskan di
Masjid Agung Banten. ditempat lain diantaranya tempat-tempat ziarah
makam para wali.
Upacara yang dilakukan oleh juru
kunci yang merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan
melaksanakan tradisi leluhurnya juga mensosialisasikan keberadaan
benda-benda pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci. Pusaka tersebut
merupakan simbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat Suci semasa
hidupnya dalam memperjuangkan agama Islam. Benda-benda pusaka tersebut
dicuci dengan disaksikan oleh peserta upacara
Warga di Loram Kulon, Jati, Kudus,
Jawa Tengah, juga memiliki tradisi tersendiri. Mereka melakukan kirab
Ampyang di depan Masjid Wali. Pada awalnya kegiatan ini merupakan media
penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh
Ratu Kalinyamat dan suaminya Sultan Hadirin.
Tradisinya dengan menyajikan
makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang diarak
keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke
Masjid Wali At Taqwa di desa setempat. Masing-masing peserta,
menampilkan sejumlah kesenian, seperti visualisasi tokoh-tokoh yang
berjasa pada saat berdirinya Desa Loram Kulon serta visualisasi sejarah
pendirian Masjid Wali At Taqwa.
Setelah sampai di Masjid Wali,
tandu yang berisi nasi bungkus serta hasil bumi yang sebelumnya diarak
keliling desa didoakan oleh ulama setempat, kemudian dibagikan kepada
warga setempat untuk mendapatkan berkah.
Tradisi yang tidak kalah unik adalah
tradisi Keresen, yaitu merebut berbagai hasil bumi dan pakaian yang
digantung pada pohon keres. Tradisi ini dilakukan oleh sejumlah warga di
Dusun Mengelo, Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai hadiah tersebut
melambangkan bahwa semua pohon di muka bumi sedang berbuah menyambut
kelahiran Nabi Muhammad saw.
Tradisi Keresan ini digelar setiap tahun untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pohon Keres berbuah lebat oleh aneka hasil bumi sebagai simbol kelahiran Muhammad membawa berkah bagi umat Islam di seluruh dunia. Tradisi keresen sebagai rasa syukur atas lahirnya Nabi Muhammad yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar, yakni berupa ajaran Agama Islam.
Tradisi Keresan ini digelar setiap tahun untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pohon Keres berbuah lebat oleh aneka hasil bumi sebagai simbol kelahiran Muhammad membawa berkah bagi umat Islam di seluruh dunia. Tradisi keresen sebagai rasa syukur atas lahirnya Nabi Muhammad yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar, yakni berupa ajaran Agama Islam.
Pajang Jimat di Cirebon
Panjang
Jimat Tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon. Peringatan hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya,
tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani nabi Muhammad SAW.
Upacara dihadiri ribuan masyarakat yang berdatangan dari berbagai
daerah. Mereka, sengaja datang ke tiga keraton hanya untuk menyaksikan
proses upacara. Peringatan maulid nabi juga turut digelar di makan Sunan
Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Dimakam tersebut
juga, turut dipadati oleh ribuan orang yang sengaja ingin menghabiskan
waktu malam Maulid Nabi.
Upacara panjang jimat merupakan
puncak acara peringatan maulid Nabi di tiga keraton. Di keraton Kanoman,
upacara digelar sekira pukul 21.00 WIB yang ditandai dengan sembilan
kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton.
Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.
Di Keraton Kanoman, prosesi
Panjang Jimat juga diisi dengan arak-arakan kirab yang membawa berbagai
benda pusaka milik keraton dari Bangsal Prabayaksa menuju Masjid Agung
Kanoman. Prosesi itu dipimpin oleh Pangeran Patih Keraton Kanoman.
Grebeg Mulud di Yogyakarta
Pada
zaman kesultanan Mataram perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud.
Kata “Gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para
pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan
Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan
sebagainya. Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud yang
diselenggarakan pada tanggal 12 Maulud.
Puncak dari upacara ini adalah
iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di Masjid
diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan
jalan diperebutkan. Bagian-bagian dari gunungan ini umumnya dianggap
akan memperkuat tekad dan memiliki daya tuah terutama bagi kaum petani,
mereka menanamnya di lahan persawahan mereka, untuk memperkuat doanya
agar lahannya menjadi subur dan terhindar dari berbagai hama perusak
tanaman.
Maulid Nabi di Indonesia
dirayakan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam penanggalan Hijriyah atau
kalender Islam. Di beberapa daerah Perayaan Maulid Nabi di Indonesia
dilakukan dengan cara menggelar acara keagamaan seperti menyelenggarakan
pengajian, lomba Adzan, kompetisi membaca Al-Qur’an, ceramah agama,
serta pertunjukan Qasidah. Acara Maulidan tersebut biasanya
diselenggarakan di masjid ataupun tempat luas yang dekat dengan
lingkungan rumah oleh kelompok-kelompok masyarakat di berbagai wilayah
di Indonesia.
Pertanyaan untuk Diskusi
- Jika kamu tidak mempunyai tradisi maulid, ceritakanlah tradisi masyarakat di daerah tempat tinggalmu yang paling sering dirayakan bersama?
- Bagaimana kamu ambil bagian dalam perayaan-perayaan tradisi di lingkunganmu?