Meneladani Nabi Ayyub, Nabi Musa dan Nabi Isa

Keteladanan Nabi Ayyub

Dari kisah Nabi Ayyub yang telah kita pelajari, banyak keteladanan yang dapat kita temukan di sana, antara lain adalah:
  1. Dermawan
  2. Selalu beribadah kepada Allah
  3. Tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan
Nabi Ayyub telah mendapatkan cobaan dari Allah secara beruntun. Semua ujian tersebut dijalaninya dengan sabar dan tabah. Beliau tidak pernah mengeluh, apalagi protes dengan cobaan yang diberikan Allah padanya. Kesabaran dan ketabahannya tersebut ternyata pada akhirnya dapat mengembalikan nikmat Allah yang dulu pernah diterimanya.
Sabar menurut Islam adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan untuk berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlaq mulia yang muncul dari dalam jiwa, dapat mencegah perbuatan yang tidak baik.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
  1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
  2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah.
  3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain.
Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah: 45)
Seorang siswa juga harus bersabar dalam menuntut ilmu. Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.
Yahya bin Abi Katsir mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Maka dari itu, untukmemperoleh ilmu kita harus berusaha sekuat tenaga dan selalu bersabar jika belum berhasil.

Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di saat sakit, kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian Nabi Ayyub tidak tega jika harus melaksanakan janjinya, yaitu memukul istrinya 100 kali. Akhirnya untukmelaksanakan janjinya itu Nabi Ayyub hanya memukul istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini dapat kita teladani bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas dendam.

Meneladani perilaku Nabi Ayyub.
 
Dermawan.

Allah telah menganjurkan kepada kita agar selalu beramal. Dalam Al Quran Allah telah berjanji akan melipatgandakan amal kita sebanyak 700 kali. Dalam beramal harus disertai rasa ikhlas dan niat kita hanya mengharapkan rida Allah. Amal akan sia-sia jika disertai dengan mengungkit-ngungkit pemberian kita, berniat agar dipuji dan dikagumi orang, serta niat agar diberi imbalan.

Rajin beribadah.
Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak hanya berupa salat, puasa, zakat maupun haji. Berbuat baik kepada sesama manusia, hewan dan menjaga lingkunga kita juga termasuk ibadah. Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan ibadah wajib, yaitu salat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. Kita beribadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.

Sabar dan tabah dalam menghadapi segala cobaan.
Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari cobaan. Sebagai orang yang beriman, kita harus sabar dan tabah dalam menerima cobaan Allah tersebut. Ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yang beratnya melebihi kekuatan kita. Allah memberi cobaan kepada manusia dengan tujuan untuk meningkatkan derajat keimanannya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.  

Pemaaf
Rasulullah saw adalah orang yang juga pemaaf. Dia selalu memaafkan orang-orang yang bersalah kepadanya seberat apapun kesalahannya. Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain. Sebaliknya, kita dilarang memiliki sifat pendendam sebab sifat tersebut adalah sifat yang dimiliki oleh iblis. Memaafkan kesalahan orang lain memang sangat berat, namun jika kita mampu untuk melakukannya maka pahala di sisi Allah sangat besar.

Keteladanan Nabi Musa a.s.

Kita telah mempelajari kisah Nabi Musa pada pembelajaran yang lalu. Banyak nilai-nilai teladan yang bisa kita tiru darinya, antara lain adalah:

Berani membela kebenaran.
Keberanian Nabi Musa ditunjukkan ketika ia dari Madyan kembali ke Mesir. Nabi Musa ketika itu datang kepada Fir’aun dan mengajaknya untuk menyembah Allah. Dengan lantang dan penuh keberanian ia berdakwah kepada Fir’aun yang terkenal sangat kejam itu. Beliau tidak takut akan ancaman dan siksaan dari Fir’aun dan para tentaranya. Keberanian itu muncul di hati Nabi Musa sebab ia yakin bahwa apa yang disampaikannya adalah sebuah kebenaran yang datang dari Allah.

Bertaubat setelah melakukan kesalahan.
 Nabi Musa pernah memukul laki-laki dari suku Qibti sampai orang tersebut meninggal. Meskipun saat memukul itu tujuannya hanya untuk membela kaumnya, yaitu Bani Israil, dan tanpa kesengajaan untuk membunuhnya, namun Nabi Musa tetap merasa bersalah. Setelah kejadian itu Nabi Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Ia menyadari bahwa yang telah ia lakukan adalah bujukan setan, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Quran surat Al Qasas ayat 15:
“Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

Bekerja keras.
Masih ingatkah kalian ketika Nabi Musa melarikan diri dari Mesir kemudian tinggal di Madyan. Kala itu Nabi Musa tinggal di tempat Nabi Syu’aib. Keseharian Nabi Musa di sana adalah membantu menggembala hewan ternak Nabi Syu’aib. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Nabi Musa termasuk orang yang tidak suka berpangku tangan (malas) dalam hidup.

Meneladani Perilaku Nabi Musa

Berani membela kebenaran.
 Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai kemunkaran-kemunkaran yang terjadi. Kita sebagai orang yang melihatnya dituntut untuk membela yang benar meskipun resiko yang harus kita terima sangat berat. Misalnya jika melihat teman kita menyontek maka kita harus berani menasihatinya meskipun resikonya adalah dibenci teman.
Apabila kejahatan itu dilakukan oleh orang yang lebih besar ataupun memiliki kekuatan lebih dibandingkan kita, sedangkan kita tidak memiliki kekuatan untuk membela kebenaran di hadapannya maka sebaiknya kita diam dan tidak mengikuti kejahatan tersebut.
Dalam hadis Nabi diterangkan demikian:
من رائ منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذالك اضعاف الايمان
Apabila salah seorang dari kamu melihat kemunkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemahnya iman.

Bertaubat setelah melakukan kesalahan.
Taubat adalah menyasali perbuatan tidak baik yang telah kita lakukan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Taubat yang sesungguhnya dinamakan taubat nasuha. Taubat inilah yang diterima oleh Allah. Perlu diingat bahwa Allah adalah Zat yang maha menerima taubat.

Berbeda dengan Rasulullah  yang memiliki sifat maksum, yaitu terjaga dari perbuatan dosa. Manusia adalah tempat kesalahan dan dosa, maka sangat wajar jika suatu ketika kita melakukan kesalahan. Islam mengajarkan kita agar segera bertaubat setelah melakukan kesalahan. Jika kesalahan itu ada kaitannya dengan sesama manusia maka selain memohon ampun kepada Allah kita juga harus meminta maaf pada orang yang telah kita salahi.

Sementara itu apabila ada orang yang meminta maaf kepada kita maka kewajiban kita adalah memberikan maaf kepada mereka. Allah telah berfirman bahwa memaafkan orang lain itu lebih dekat dengan taqwa.

Bekerja Keras.
Allah tidak akan merubah nasib seseorang selama orang tersebut tidak mau merubahnya sendiri. Anak yang bodoh selamanya akan menjadi bodoh jika dia tidak berusaha untuk pintar dengan cara belajar. Orang miskin tidak akan menjadi kaya jika dia tidak mau bekerja keras. Maka dari itu, dalam kehidupan ini kita harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh keberhasilan.

Keteladanan Isa a.s.

Kisah Nabi Musa memberikan hikmah bagi kita antara lain:

Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan.
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang sebenarnya tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa, meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun namun dia bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi tidak lain adalah karena kekuasaan Allah semata. Atas kejadian yang menimpanya, Maryam tetap  tawakkal (berserah diri) kepada Allah.

Iman yang kuat
Nabi Isa mendapatkan tantangan yang berat dari kaumnya dalam berdakwah. Meskipun demikian dia tetap menyampaikan wahyu yang diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya hanya sedikit, walau begitu dia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-orang ke jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan iman Nabi Isa, bahkan dia semakin bertambah imannya ketika cobaan-cobaan itu menimpanya.

Sifat penolong
Di antara mukjizat Nabi Isa adalah dapat menurunkan makanan dari langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas ijin Allah agar Nabi Isa dapat menolong orang-orang yang membutuhkannya. Sewaktu Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu adalah orang yang membangkang terhadap ajarannya.

Meneladani Perilaku Nabi Isa.

Tawakal kepada Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Kita harus yakin bahwa segala yang menimpa kita adalah atas kuasa Allah. Jika kita menerima kebaikan yang banyak maka kita harus bersyukur. Namun jika kita menerima cobaan berupa kesedihan maka kita harus selalu bersabar dan memohon kepada Allah agar kita dikuatkan dalam menjalani cobaan tersebut. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Iman yang kuat.
Iman adalah kepercayaan kita terhadap sesuatu. Sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah, kita harus meyakini bahwa ajarannya adalah benar. Jangan sampai iman kita hilang hanya karena ditukar dengan makanan atau harta benda. Iman adalah nikmat terbesar yang kita terima.

Penolong Manusia adalah makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu membutuhkan orang lain.
Islam memerintahkan kepada kita untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa. Namun demikian, Islam melarang kita tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan.

Sebagai siswa kita dapat juga menolong orang lain. Misalkan teman kita ada yang tidak membawa pensil sebaiknya kita meminjaminya. Sewaktu pulang sekolah ada seorang nenek yang keberatan membawa belanjanya, maka kita dapat menolong dengan membawakan barang nenek tersebut. Jika kita menolong dengan ikhlas maka kita akan memperoleh pahala. Apabila kita menolong orang janganlah sekali-kali mengungkit-ungkit pertolongan yang telah kita berikan sebab itu akan menghilangkan pahala kita. Orang yang gemar menolong di dunia maka dia akan memperoleh pertolongan Allah di akhirat kelak.
 
Sumber: damaruta.blogspot.com dari sooal.blogspot.com
Powered by Blogger.