PPKn Kelas VIII - Tugas

Tugas PPKn

A)    VOC
 
  • VOC adalah  persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli aktivitas perdagangan di Asia.
  • Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).
  • VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et impera
  • (adu domba), yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dan kerajaan yang lain.
  • Akibatnya semakin melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia dan merusak seluruh sendi kehidupan masyarakat.

B)    KERJA RODI
  • Kerja Rodi adalah kerja paksa guna membangun jalan sepanjang  pulau jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan militer.
  • Upaya Kerja Paksa (Rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan militer Pada saat kekuasaan Daendels (1808-1811)
  • Bangsa Indonesia semakin menderita karena upaya kerja paksa guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan)
  • Upaya kerja paksa (Rodi) guna membangun jalan pulau Jawa(Anyer-Panarukan) mengkibatkan bangsa  Indonesia semakin menderita.

C)    CULTUURSTELSEL
  • Culturstelsel merupakan tanam paksa yang diterapkan Belanda.
  • Peraturan tanam paksa diterapkan oleh gubernur jendral Hindia Belanda Van den Bosch pada tahun 1828.
  • Belanda menetapkan cultuurstelsel (Tanam  paksa) Karena Belanda Ingin Mendapatkan kekayaan bangsa indonesia yang berlimpah.
  • Cultuurstelsel (Tanam paksa) menyebabkan rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaan sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin dan menumbuhkan benih perlawanan di beberbagai daerah.

D)    ETISCHE POLITIC
  • Etische politic merupakan politik balas budi yang terdiri dari tiga program,yaitu “edukasi,transmigrasi,irigasi”.
  • Etische politic diterapkan oleh pemerintah Belanda dan diusulkan oleh Mr. Van Devender.
  • Etische politic diterapkan karena desakan berbagai pihak, Akhirnya pemerintah belanda menerapkan politik balas budi untuk kepentingan Belanda.
  • Disisi lain, pembangunan sekolah melahirkan dampak positif bagi bangsa Indonesia, yaitu munculnya masyarakat terdidik atau mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan kondisi bangsa Indonesia yang sebenarnya.

E)    PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH
 
Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka mencari rempah-rempah. Selain itu mereka juga menyebarkan agama Kristen. Dari pelayaran tersebut sampailah mereka ke Nusantara. Setelah sampai di Nusantara timbullah keserakahan mereka. Semula mereka hanya berdagang kemudian mereka ingin menguasai Nusantara. Diantara mereka yang paling lama menguasai dan menjajah Indonesia adalah bangsa Belanda.
 
1. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 dan Tahun 1629)
 
Raden Mas Rangsang menggantikan Raden Ma Martapura dengan gelar Sultan Agung Senapati Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai gelar Sultan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung memerintah Mataram dari tahun 1613–1645. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Dalam memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda dari Batavia.
 Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan tahun 1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia, sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan putranya bergelar Amangkurat I.

2. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)

Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1650–1692. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha memperluas kerajaannya dan dan mengusir Belanda dari Batavia. Banten mendukung perlawanan Mataram terhadap Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing dengan Belanda. Selain itu juga memerintahkan pasukan kerajaan Banten untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan perusakan perkebunan tebu milik Belanda di Ciangke. Menghadapi gerakan tersebut membuat Belanda kewalahan. Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat itu Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa.
 
3. Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan yang Mendapat

Julukan Ayam Jantan dari Timur Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin, Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaan. Cita-cita Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaan ke kepulauan Nusa Tenggara. Hal itu mendapat tentangan Belanda. Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hasanudin dalam memimpin pasukan Kerajaan Makasar mengakibatkan kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanudin, Belanda menjulukinya dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.
 
4. Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku

Pada tanggal 16 Mei 1817 Rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura (Thomas Matulesi) mengadakan penyerbuan ke pos Belanda dan berhasil merebut benteng Duurstede. Dari Saparua perlawanan meluas ke tempat lain seperti Seram, Haruku, Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh Maluku melakukan perlawanan, sehingga Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal 15 Oktober 1817, Belanda mulai mengadakan serangan besar-besaran. Pada bulan November 1817 Thomas Matulesi berhasil ditangkap.
 
5. Imam Bonjol dari Sumatra Barat

Rakyat Minangkabau bersatu melawan Belanda. Terjadi pada tahun 1830– 1837. Perlawanan terhadap Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Untuk mengatasi perlawanan rakyak Minangkabau, Belanda menerapkan siasat adu domba. Dalam menerapkan siasat ini Belanda mengirimkan pasukan dari Jawa di bawah pimpinan Sentot Prawiradirja. Ternyata Sentot beserta pasukannya membatu kaum padri. Karena itu Sentot ditangkap dan diasingkan ke Cianjur,Jawa Barat. Pada akhir tahun 1834, Belanda memusatkan pasukannya menduduki kota Bonjol. Tanggal 16 Juni 1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan meriam. Dengan tembakan meriam yang sangat gencar Belanda berhasil merebut Benteng Bonjol. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol menyerah. Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan rakyat Minangkabau terhadap Belanda.

6. Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830)

Pangeran Diponegoro dengan nama kecil Raden Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono III, lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat, hatinya tergerak untuk memperjuangkannya. Perlawanan Diponegoro pemicu utamanya adalah pemasangan tiang pancang membuat jalan menuju Magelang. Pemasangannya melewati makam leluhur Diponegoro yang dilakukan tanpa izin. Karena mendapat tentangan, pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan serangan ke Tegalrejo. Namun dalam serangan tersebut tidak berhasil menemukan Diponegoro, karena sebelumnya Diponegoro telah memindahkan markasnya di Selarong. Dalam perlawanan melawan Belanda Pangeran Diponegoro dibantu Pangeran Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo, Pangeran Suriatmojo, dan Dipokusumo. Bantuan dari ulama pun ada, yaitu dari Kyai Mojo dan Kyai Kasan Basri

Untuk mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda melaksanakan siasat Benteng Stelsel (sistem benteng). Dengan berbagai siasat, akhirnya Belanda berhasil membujuk para pemimpin untuk menyerah. Melihat hal itu, Pangeran Diponegoro merasa terpukul. Dalam perlawanannya akhirnya Pangeran Diponegoro terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap dan diasingkan ke Makasar sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855.
 
7. Pangeran Antasari dari Banjarmasin

Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari. Perlawanan tersebut terkenal dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun 1859–1863. Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat perlawanan rakyat Banjar masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilan memimpin perlawanan, Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Beliau terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.

8. Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara

Sisingamangaraja lahir di Baakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun 1867. Saat bertahta, ia sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar Belanda, akhirnya persembunyian Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan Belanda meminta kembali agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati daripada menyerah.
Powered by Blogger.