Menulis Puisi

Puisi adalah salah satu karya sastra dengan diksi yang sangat indah dan sarat makna. Berbeda dengan prosa, satu kata dalam menulis puisi bebas bisa jadi mewakili ribuan arti. Dalam prosa, redup berarti redup tapi dalam puisi redup bisa berarti gelap, masa keemasan yang sudah berlalu, dan masih banyak lagi.

Orang yang sedang jatuh cinta dan merindu lara akan tiba-tiba menjadi orang yang romantis dengan puisi-puisi yang ditulisnya. Puisi juga bisa digunakan sebagai kritik sosial seperti puisi-puisi yang ditulis W.S. Rendra. Puisi juga bisa digunakan untuk menceritakan keindahan suatu tempat seperti dalam puisi Taufik Ismail seperti ketika dia menceritakan tentang keindahan Musim Gugur di Rusia.

Pada zaman sekarang puisi tak lagi terpaku pada bait dan rima. Puisi-puisi karangan Sutarji Calzoum Bahri menabrak semua pakem yang biasanya diikuti para sastrawan dalam menulis puisi-puisinya. 
Dalam puisinya yang berjudul Balada Winka dan Sihka, Sutarji menulis puisi yang melupakan rima dan bait yang biasanya ada. Puisi itu pun terlihat eksentrik dengan tata letaknya yang tak mengikuti tata letak yang biasa.

Ada beberapa tips dalam menulis puisi, diantaranya yaitu:
  1. Diksi, Perhatikan diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam menulis sebuah puisi. Diksi dalam menulis puisi berbeda dengan diksi dalam menulis prosa. Pemilihan kata jangan bertele-tele. 
  2. Figurative Language (Majas), Gunakan figurative language atau majas yang membuat puisi semakin indah dan menarik para pembacanya untuk menganalisanya. Ketika ingin bercerita yang menyangatkan, penulis bisa menggunakan majas repetisi. Personifikasi dan metafora membuat puisi menjadi lebih indah.
  3. Contoh puisi, Berikut ini adalah salah satu contoh puisi yang banyak menggunakan majas metafora.
Contoh puisi :
Merindumu
Merindumu …
Adalah merindu bidadari nirwana
Dengan lengkung  pelangi sebagai jalannya: moksa.
Di tepi laguna biru aku menunggu
Lentera menjemputku.

Merindumu …
Adalah merindu Ratu Gung Binathara
Dengan kereta kencananya melewati narmada: sirna.
Di batas mayapada titiknya yang melenyap
Membawa senyap.

Merindumu …
Adalah merindu kidung-kidung merdu
Yang kau nyanyikan untukku di batas senja: jingga.
Aku pun terpaku kelu
Menatap anyelir memekar ragu.

Merindumu …
Adalah merindu cakrawala paramarta
Menyemai kuncup menjadi puspa: sempurna.
Di sudut aurora biru
Kusapa fajar semburat syahdu.

Dan …
Kepada Pemilik Loka
Kusampaikan asa mendekam di jiwa:
Kutunggu kirana menembus amerta.

Karena …
Sepanas api membakar iblis-iblis neraka
Hanya kau yang bisa menggenapi raga.
Seluas jaladri di buana ini
Hanya kau yang bisa memahat sukma.
(Karya: Riyawati)
Powered by Blogger.