Halaman 23 - Seni Ukir Tradisional

A. Ragam Hias (Motif Ukiran) Tradisional Jawa

Motif Ukiran Pajajaran
Ragam hias atau motif ukiran ini banyak terdapat di Jawa Barat karena merupakan hasil dari budaya Kerajaan Pajajaran. Peninggalan yang masih sampai sekarang banyak terdapat di Makam Sunan Gunung Jati. Dalam ragam hias ini kelihatan bentuk-bentuk yang bulat karena semua bentuk ukiran di ekspresikan bulatan atau cembung. Motif Pajajaran terdiri dari:
  1. Daun pokok : daun pokok atau relung besar dibuat cembung atau bulatan. Hal ini perkasanya sifat ragam hias.
  2. Angkup :  pada ragam hias ini dibuat cembung atau bulatan. Pada tangkai angkup biasanya tumbuh trubusan pada bagian atas.
  3. Cula : Pada ragam hias Pajajaran ini ada bentuk daun kecil yang tumbuh di muka daun pokok atau relung besar. Hal ini merupakan corak khusus bahwa di Jawa Barat dengan adanya binatang yang bercula yaitu binatang badak.
  4. Endhong : daun yang tumbuh dibelakang daun pokok, bentuknya bersusun-susun dari bawah sampai atas dau pokok. Juga bersifat pengisi bidang-bidang kosong.
  5. Simbar : pada daun pokok depan, tepatnya di belakang benangan tumbuhlah daun kecil-kecil yang berjajar ke atas yang lazimnya disebut simbar. Hal ini lebih menambah wibawa dari ragam hias Pajajaran.
  6. Benangan : berbentuk miring, dari bawah sampai ke atas berhenti pada ulir pokok.
  7. Pecahan : sebagaimana lazimnya motif ukir, pecahan merupakan pemanis atau menambah luwesnya bentuk daun yang sudah dipecahi.
  8. Trubusan : Dau-daun kecil yang tumbuh di sekitar daun pokok, juga bersifat pelengkap atau pengisi dari bidang-bidang yang kosong.
ukir motif Pajajaran
Motif Pajajaran
Motif Ukir Mataram

 
Motif Ukir Mataram ini banyak mengekspresikan bentuk daun yang menyerupai daun waru, atau kluweh (Jawa) atau  juga gubahan dari buah koro yang disebut korohisto. Susunan dari motif ini biasanya bergerombol dari satu pusat tumbuh ke segala arah. Ada juga yang disusun sambung menyambung antara daun yang satu dengan daun yang lain hingga mewujudkan untaian yang panjang. Unsur-unsur pada motif ini terdiri dari :
  1. Daun pokok : dalam motif ini dilakasanakan dalam bentuk krawing (cekung) baik dari pangkal sampai ujung daun.
  2. Ulir : pada umumnya bentuk ulir pada motif ini banyak mempunyai proporsi yang besar bila dibandingkan dengan motif lain.
  3. Pecahan : pada motif ini banyak diterapkan pada tepi-tepi daun sampai pada angkupnya dan tiap satu daun paling banyak tiga pecahan dan pecahan tersebut biasanya lebar dan dalam. Pecahan garis: suatu pahatan yang berbentuk garis pada ukiran daun. Bentuk dan alurnya mengikuti arah ukiran daun menjalar.  Pecahan cawen: bentuk pahatan yang menyobek tepi batas ukiran daun.
  4. Benangan :pada motif ini dilaksanakan timbul berbentuk melilit melingkari ulir induk.
  5. Angkup : pada motif ini angkup dalam arti riel (nyata) tidak ada yang kelihatan seperti angkup pada daun pokok, hanya merupakan lipatan daun itu sendiri.
  6. Trubusan : pada ragam hias ini daun trubusan banyak menyerupai daun warudengan benangan timbul.
ukir motif mataram
MOTIF JEPARA CIRI-CIRI UMUM DAN KHUSUS: Bentuk –bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring. Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi beberapa lingkaran kecil. BENTUK MOTIF : 1. DAUN POKOK. Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol. Bentuk ukiran daun pokok merelung-relung ini bila diiris berpenampang prisma segitiga. 2. BUNGA DAN BUAH. Bunga dan buah pada motif Jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya. 3. PECAHAN. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. 4. KETERANGAN: Ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Ukiran motif Jepara ini sering dipakai untuk menghias barang-barang kerajin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Motif Jepara
Ciri-ciri: bentuk-bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring. Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi beberapa lingkaran kecil.  Ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Ukiran motif Jepara ini sering dipakai untuk menghias barang-barang kerajin
Bentuk Motif
  1. Daun pokok. Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol. Bentuk ukiran daun pokok merelung-relung ini bila diiris berpenampang prisma segitiga. 
  2. Bunga dan Buah. Bunga dan buah pada motif Jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya. 
  3. Pecahan. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar.

MOTIF JEPARA CIRI-CIRI UMUM DAN KHUSUS: Bentuk –bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring. Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi beberapa lingkaran kecil. BENTUK MOTIF : 1. DAUN POKOK. Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol. Bentuk ukiran daun pokok merelung-relung ini bila diiris berpenampang prisma segitiga. 2. BUNGA DAN BUAH. Bunga dan buah pada motif Jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya. 3. PECAHAN. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. 4. KETERANGAN: Ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Ukiran motif Jepara ini sering dipakai untuk menghias barang-barang kerajin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
B. Motif Tradisional Khas Kalimantan

Motif Ukiran Kalimantan Timur (Dayak)

Kaltim terkenal dengan kayu ulin nya yang kuat keras dan tahan lama sampai ratusan tahun apabila di pulau jawa terkenal dengan jati dan ukiran nya di kalimamtan juga terdapat ukiran yang diukir pada kayu ulin yang bisa dibuat menjadi meja, kursi, tameng, ranjang, daun pintu, sumpitan, gasing dan lain-lain. Pada benda-benda tersebut diukir dengan motif ukiran Dayak sehingga apabila dijual harganya puluhan juta bahkan ratusan juta.
 
Suku Dayak merupakan masyarakat nan hayati di hutan-hutan Kalimantan, motif ukirannya pun sering mengambil bentuk alam, yaitu tumbuhan, satwa, serta berbagai simbol kepercayaan mereka. Mulai dari arsitektur bangunan rumah, peralatan rumah tangga, hingga perangkat kesenian termasuk ukiran, mengambil pola atau motif alam. Motif ukiran nan biasa dibuat berbentuk pohon, bunga (bunga anggrek), dan majemuk jenis hewan.


Lingkungan suku Dayak nan hayati di hutan Kalimantan itu sendiri merupakan satu karakteristik khas, akan melahirkan pengamatan nan khas pula, sehingga ketika diaplikaskan dalam ukiran, akan sangat terlihat bagaimana khasnya ukiran Kalimantan ini. Misalnya saja ketika mengambil ukiran bentuk kembang anggrek, tentu akan berbeda dengan ukiran kembang anggrek dari Jepara dan Bali 
Motif-motif ini dikerjakan dengan penuh ketukanan dan keuletan. Awalnya motif tersebut digambar dalam lembaran karton, kemudian dijiplak ke permukaan kayu ulin nan akan diukir.

Motif Ukir Kalimantan Tengah

Motif ukiran Kalimantan Tengah adalah salah satu seni pahat yang melambangkan kekayaan budaya Kalimantan Tengah. Dalam membuat motif yang kaya seni tersebut masyarakat Kalimantan Tengah memiliki ciri khas dalam seni ukiran yang sangat menarik.


Biasanya ukiran tersebut dipahat atau digambarkan di talawang atau semacam perisai yang berasal dari Kalimantan Tengah. Maksud dari gambar tersebut biasanya untuk menakut-nakuti musuh apabila sedang berperang.

Seiring dengan perkembangan jaman ukiran Kalimantan Tengah berubah fungsi menjadi hiasan di dinding-dinding perkantoran di tiang kantor dan sebagai pajangan di dinding, bahkan menjadi motif penghias di rumah.

C. Motif Khas Sumatera

Motif Ukiran Sumatera Barat (Minangkabau)



Falsafah atau pandangan hidup masyarakat adat Minangkabau adalah “adat basandi syarak syarak basandi kitabullah” (ABS-SBK) “syarak mangato, adat mamakai, alam takambang jadi guru”, Dalam hal ini akal dan budi, keluasan perasaan budi sangat berperan, “manusia tahan kieh, binatang tahan lacuik, kilek baliung alah ka kaki, kilek kaco alah kamuko, tagisia lah labiah bak kanai, tasinggung labiah bak jadi”. Pepatah tersebut menuntut kearifan dan kebijaksanaan manusia dalam berkata bertindak dan bekerja. Sehingga disebut pula dalam adat “nan bagarih babalabeh” sebagai hasil kearif bijaksanaa
Tempat ukiran yaitu pada sebuah rumah “gadang”, tetapi tidak mutlak ada satu jenis ukiran. Hal ini diatur dan berpedoman juga pada ukuran “jangko” dalam adat. “Patut senteang” tidak boleh dalam, “patut” dalam boleh “senteang” , didalam “alur” dengan “patut, malabihi ancak-ancak, mangurangi sio-sio, talampau aru bapantiangan, kurang aru cirik kambiangan, condong mato ka nan elok, condong salero ka nan lamak

Berikut beberapa contoh motif Minangkabau:

Singo Madongkak Jo Takuak Kacang Goreang
 
 Carano Kanso 


Siriah Gadang
Motif yang lain dapat dilihat disini

D. Motif Khas Papua

Motif Ukiran Asmat

Ukiran Kayu Tradisional Khas Papua yang paling terkenal adalah karya ukir dari suku Asmat. Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah dilakukan secara turun temurun dan menjadi suatu kebudayaan. Kebuadayaan itu bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan juga terkenal ke seluruh dunia. Setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya tidak lengkap apabila tidak mengenal karya ukir suku asmat. Hal itu mereka lakukan dengan cara membeli cenderamata karya ukir suku Asmat dalam berbagai ukuran.


Ciri khas dari ukiran suku asmat yang paling menonjol adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang menggemari karya seni.

Kalau dilihat dari segi model, ukiran suku Asmat memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain.

Bagi suku Asmat, Seni ukir kayu adalah aktivitas mengukir yang merupakan sebuah tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah spiritualitas hidup.



Seni ukir asmat tergolong dalam "primitif art". Seni ukir Asmat menunjukkan keahlian istimewa pembuatnya yang disertai perasaan yang tinggi akan garis-garis indah dan komposisinya. Maha karya yang terdiri atas beragam ukiran itu muncul di tengah masyarakat yang melangsungkan hidupnya di atas lumpur rawa.

----

Sumber: damaruta.blogspot.com dari sooal.blogspot.com

Powered by Blogger.