Halaman 13 - Cerita Tentang Masjid Agung Demak

Demak sebagai salah satu pusat kerajaan Islam di Jawa pada masa lampau memiliki potensi wisata yang cukup besar antara lain Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid yang banyak di kunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan perkampungan penduduk, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Sultan Patah.

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1477 (tahun Saka 1401).Pendiri masjid ini adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak Bintoro. Masjid Agung Demak merupakan masjid dengan nilai historisitas tinggi.Ia merupakan simbol eksistensi Kesultanan Demak dan dakwah Walisongo. 

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Kiblat Masjid Agung Demak kiblatnya ditetapkan Sunan Kalijaga menjadi sesuatu yang istimewa bagi umat Islam di Demak.


Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, miliki museum yang menyimpan puluhan koleksi benda-benda bersejarah zaman Kerajaan Majapahit hingga Kesultanan Demak.jumlah koleksi benda-benda bersejarah di museum tersebut mencapai 60-an koleksi. Di antaranya, soko guru Masjid Agung Demak dari Sunan Bonang yang sudah rusak yang memiliki ketinggian sekitar 1.630 centimeter sedangkan kerusakannya sekitar 725 centimeter, kentongan wali abad XV, bedug wali abad XV, daun pintu serambi Masjid Demak 1804 masehi yang merupakan peninggalan zaman Majapahit, kap lampu peninggalan Paku Buwono ke-1 pada
1710 Masehi. Pengunjung juga bisa melihat kayu tiang tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, gentong Putri Campa, pintu bledeg ciptaan Ki Ageng Selo, serta koleksi lain zaman Majapahit hingga Sunan Demak.

Masjid ini pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.Peranan ini memang sejalan dengan fungsi masjid pada umumnya, yaitu tempat ibadah, pusat pendidikan, dan pusat penyebaran agama.
Powered by Blogger.