Halaman 119 - Perubahan dari Masa ke Masa dalam Aspek Kondisi Ekonomi Masyarakat

Keadaan Ekonomi Kerajaan Islam Di Nusantara
Samudra Pasai 

Kerajaan Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.
 

Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan

Aceh banyak memiliki komoditas yang diperdagangkan diantaranya :
1. Minyak tanah dari Deli,
2. Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah,
3. Kapur dari Singkil,
4. Kapur Barus dan menyan dari Barus.
5. Emas di pantai barat,
6. Sutera di Banda Aceh.

Selain itu di ibukota juga banyak terdapat pandai emas, tembaga, dan suasa yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Sedang Pidie merupakan lumbung beras bagi kesultanan.[14]Namun di antara semua yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor adalah lada.
 

Produksi terbesar terjadi pada tahun 1820. Menurut perkiraan Penang, nilai ekspor Aceh mencapai 1,9 juta dollar Spanyol. Dari jumlah ini $400.000 dibawa ke Penang, senilai $1 juta diangkut oleh pedagang Amerika dari wilayah lada di pantai barat. Sisanya diangkut kapal dagang India, Perancis, dan Arab. Pusat lada terletak di pantai Barat yaitu Rigas, Teunom, dan Meulaboh

Kesultanan CirebonSebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir pulau Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon. Juga memiliki fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan. Dari artikel yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku kumpulan artikel oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan sebuah artikel yang berjudul “Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, dalam artikelnya terbagi menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam, Bandar Cirebon masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan islam, dan masa pengaruh kolonial.

Kesultanan Demak 

Dilihat dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau dipesisir pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam jalur perdagangan Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian timur.Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang.Letak kerajaan Demak yang strategis, sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak terletak ditepi pantai Selat Muria yang memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai sekitar abad ke-17 selat cukup lebar dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke Rembang.Kemudian Demak dapat berkembang menjadi pangkalan yang amat penting, karena pelayaran dunia yang melintang di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan sebaliknya mesti melalui dan singgah di Bandar Demak.
 

Demak juga merupakan kerajaan agraris. Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah dipedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.Pada abad ke-16 demak menjadi pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah sebelah Selat Muria.Demikianlah akhirnya Demak menjadi pengekspor tunggal hasil beras di daerah lautan Nusantara, ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa, terutama kedaerah-daerah Indonesia Timur.Bagi daerah rempah-rempah itu kain tenun Jawa dapat menyaingi tekstil Impor dari India ataupun Cina.Meskipun rempah-rempah dan beras merupakan mata dagangan pokok bagi Demak dibandar-bandar Jawa dan di Bandar dunia Malaka, namun perdagangan antar Asia pun sebagaian besar dikuasai pula oleh Demak.

Kesultanan Banten 

Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyangsiksakandangkaresian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.

Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunantebau, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.

Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut

Pajang merupakan dinasti atau kerajaan Islam yang berada di pedalaman pertama di Jawa. Dengan demikian, masyarakatnya agraris. Kerajaan pajang memiliki kondisi tanah yang baik dan subur. Oleh karena itu masyarakat pajang mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan. Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan solo. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.

Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Solo. Walaupun Pajang berada di daerah pedalaman akan tetapi kerajaan ini tetap bisa mengekspor beras dan menjadi lumbung padi pada masa itu. Jelas bisa diketahui bahwa sungai Bengawan Solo merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi kerajaan Pajang. Sungai ini dapat mempermudah irigasi terhadap sawah-sawah dan ladang perkebunan. Sehingaa hasil pertaniannya pun bisa jadi lebih maksimal dibandingkan daerah-daerah lain. Dan dari hasil pertanian ini lah masyarakat Pajang dapat berkembang.

Akan tetapi kehidupan ekonomi kerajaan Pajang yang terpaku pada kehidupan agraris tidaklah berlangsung lama, karena Pajang kurang begitu bisa menguasai perniagaan yang berbasis laut yang pada saat itu sedang berkembang dengan pesat diwilayah Jawa. Pergantian sifat dari Maritim ke Agraris kurang begitu membuat nama Pajang dapat bersaing dengan Kerajaan Demak yang menjadi wilayah transit para pedagang. Karena Pajang ini berada didaerah pedalaman maka masyarakatnya tidak bisa begitu lihai menguasai wilayah lautan seperti yang dilakukan kerajaan-kerajaan sebelum Pajang.

Kesultanan Pasir 

Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada zaman mereka, mereka berdagang memanfaatkan arus sungai kendilo dengan pedagang arab dan cina
Kesultanan banjar
berdagang "lada" sebagai komoditas utama perdagangannya, ekonomi perdagangan lada ini berkembang pesat sehingga masyarakat banjar bisa melakukan ekspor ke negara arab dan cina

Kesultanan Pontianak 

Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan
 

Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan.
 
Masa Penjajahan Belanda

a. Perluasan penggunaan lahan

Perkebunan di Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa kalian telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga melibatkan perusahaan.

Banyak sekali peninggalan masa Hindia Belanda Pada masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia. Berhektar-hektar hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Apakah kamu menemukan bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda? 

b. Persebaran penduduk dan urbanisasi

Kamu tentu masih ingat dengan Politik Etis yang terdiri dari irigasi, transmigrasi, dan edukasi. Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX. Tujuan utama transmigrasi pada masa tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga murah di berbagai perkebunan Sumatra dan Kalimantan. Bagi kamu yang tinggal di beberapa daerah di Sumatra, mungkin dapat menelusuri sejarah keluargamu atau teman-temanmu. Mungkin sebagian dari mereka memiliki garis keturunan dari Jawa. Pembukaan perkebunan pada masa Kolonial Barat di Indonesia telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia. Persebaran penduduk yang pada umumnya dari Jawa ke luar Jawa, hingga sekarang di samping memiliki dampak sosial juga memiliki dampak ekonomi yang positif. Semula tujuan utama transmigrasi pada masa tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga murah di berbagai perkebunan Sumatra dan Kalimantan, namun sekarang sebagian besar transmigran tidak lagi menjadi tenaga kerja murah tetapi berbalik menjadi majikan. Mereka dapat menggarap lahan dengan tanaman yang produktif seperti kelapa sawit, coklat, kopi, dan lain sebagainya. Dari aktivitas tersebut mereka dapat meningkatkan kondisi ekonominya. Di samping itu hasil produksi mereka telah dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tidak hanya masyarakat di lingkungan sekitar, namun sudah menjadi komoditas ekspor.

Munculnya berbagai pusat industri dan perkembangan berbagai fasilitas di kota menjadi daya dorong terjadinya urbanisasi. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia. Daerah yang awalnya hutan belantara menjadi ramai dan gemerlap karena ditemukan tambang.

c. Pengenalan tanaman baru

Pengaruh pemerintah Kolonial Barat dalam satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman andalan ekspor dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.

d. Penemuan tambang-tambang

Pembukaan lahan pada masa Kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, batu bara, dan logam. Pembukaan lahan untuk pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Coba kamu cari pertambangan yang terdapat di lingkungan provinsimu! Dapatkah kamu mencari sejarah pertambangan tersebut? Apakah ada hubungan pertambangan tersebut dengan penjajahan Bangsa Barat?

e. Transportasi dan komunikasi

Pada zaman penjajahan Belanda banyak dibangun jalan raya, rel kereta api, dan jaringan telepon. Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.

Kamu tentu masih ingat bagaimana proses pembangunan jalur Anyer Panarukan yang dibangun pada masa Pemerintah Daendels. Satu sisi pembangunan tersebut menimbulkan kesengsaraan rakyat, terutama akibat kerja paksa. Disisi lain pembangunan jalur tersebut telah mempermudah jalur transportasi dan komunikasi masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di berbagai daerah Jawa dan Sumatra.

f. Perkembangan kegiatan ekonomi

Perubahan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa pemerintah kolonial terjadi baik dalam kegiatan produksi, konsumsi, maupun distribusi. Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian yang bervariasi.

Rakyat mulai mengenal tanaman yang bukan hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh munculnya kuli-kuli perkebunan, mandor dan administrasi di berbagai perusahaan pemerintah maupun swasta. Kegiatan ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa pemerintah Kolonial Barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah ekspor. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi mengalami perkembangan, dilihat dari kualitas proses produksi dari tradisional ke teknologi modern. Dilihat dari hasil produksinya terlihat ada peningkatan kualitas. Dilihat dari distribusi juga mengalami perkembangan, hal ini terlihat dari aktivitas distribusi yang pada awalnya hanya dilakukan antar daerah kemudian meningkat menjadi antar negara. Hal ini tampak dari peningkatan aktivitas ekspor-impornya. Sedangkan dilihat dari aktivitas konsumsi, masyarakat dapat menikmati hasil produksi dengan kualitas yang lebih baik.

g. Uang sebagai Alat Pembayaran Jasa

Untuk memahami perubahan masyarakat Indonesia di masa penjajahan, dapat dilihat dari perubahan penggunaan uang sebagai sarana tukar menukar. Pada masa sebelum kedatangan Bangsa-bangsa Barat, biasanya masyarakat melaksanakan aktivitas sehari hari secara bergotong royong. Misalnya dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk akan mengerjakan secara bersama dari sawah satu ke sawah lainnya. Pada masa pemerintah Kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat menjadi daya tarik tersendiri.

Masa Penjajahan Jepang

Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar. Dilihat dari segi ekonomi, Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di Indonesia untuk kepentingan pengembangan aktivitas ekonominya. Di samping sebagai penyedia bahan baku, Indonesia juga merupakan daerah pemasaran industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara Sekutu. Bahkan dampaknya hingga sekarang, Indonesia menjadi konsumen besar bagi Jepang. Selain itu Jepang harus menggalang kekuatan pasukannya, dan mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia.


a. Tenaga Kerja pada Masa Pengerahan Romusha
Jepang melakukan rekrutmen anggota Romusha yang bertujuan untuk mencari bantuan tenaga yang lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang. Anggota-anggota Romusha dikerahkan oleh Jepang untuk membangun jalan, kubu pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya. Jumlah Romusha paling besar berasal dari Jawa, yang dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai di Malaya, Burma, dan Siam.

Sebagian besar Romusha adalah penduduk yang tidak berpendidikan. Mereka terpaksa melakukan kerja paksa ini karena rasa takutnya kepada Jepang. Pada saat mereka bekerja sebagai romusha makanan yang mereka dapat tidak terjamin, sehingga kesehatan mereka buruk, sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan rakyat Indonesia meninggal akibat Romusha.


b. Eksploitasi Kekayaan Alam
Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia. Pengerukan kekayaan alam, dan harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan yang dilakukan oleh Belanda. Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus menunjang semua keperluan perang Jepang.

Jepang mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda, dan mengawasi secara langsung seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung keperluan perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib menyerahkan bahan pangan besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai, dan intansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang semakin menyengsarakan rakyat Indonesia.


c. Kemunduran dalam bidang ekonomi

Sistem ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Pemutusan hubungan dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian, sehingga rakyat mengusahakan sendiri. Pakaian terbuat dari benang gono menjadi tren masyarakat masa pendudukan Jepang. Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Nah, apakah kamu pernah mendengar pajak. Tentu jawabnya iya, karena bapak/ibu kalian memiliki tanggung jawab membayar pajak, seperti: pajak kendaraan sepeda motor, mobil, pajak bumi dan bangunan, dan lain sebagainya. Apa yang kalian ketahui tentang pajak? Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata pajak? Pajak adalah iuran (pembayaran) wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan UU.

Pajak merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Di mana terdapat sistem pemerintahan pasti kemudian muncul pajak. Membayar pajak adalah wajib bagi seorang wajib pajak. Bayarlah pajak tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku! Jujurlah dalam membayar pajak, karena hasil pemungutan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan. 

Kondisi Perekonomian Pasca Pengakuan Kedaulatan

Sejak memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda, bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan akibat ketentuan-ketentuan dalam Konferensi Meja Bundar, situasi politik yang belum stabil, dan adanya kenyataan bahwa perusahaan swasta besar dan bank pada saat itu masih dikuasai oleh orang-orang Belanda.

Untuk mengatasi krisis, Kabinet Sukiman (1951–195) menjalankan kebijakan nasionali sasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Nasionalisasi dapat diartikan sebagai tindakan untuk menjadikan sesuatu kekayaan milik asing menjadi milik negara. Kebijakan nasionalisasi De Javasche Bank dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang nasionalisasi De Javasche Bank Nomor 24 Tahun 1951. Sebelumnya, pemerintah telah memberhentikan Presiden De Javasche Bank, Dr. Howink dan mengangkat Mr. Syafrudin Prawiranegara. Nasionalisasi De Javasche Bank melengkapi kepemilikan pemerintah terhadap bank-bank peninggalan Belanda.

Sejak tahun 1950 bangsa Indonesia mulai meninggalkan sistem perekonomian kolonial dan menggantinya dengan sistem ekonomi nasional. Pelopor perokonomian nasional adalah Drs. Moh. Hatta yang menyatakan bahwa ekonomi bangsa Indonesia harus dibangun oleh bangsa Indonesia sendiri dengan asas gotong royong. Pemikiran untuk menyusun perekonomian nasional dilanjutkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Beliau menyatakan bahwa dalam alam kemerdekaan perlu diada kan kelas pengusaha melalui Gerakan Benteng. Pada hakikatnya, Gerakan Benteng merupakan kebijakan untuk melindungi pengusaha-pengusaha pribumi karena desakan pengusaha kuat bermodal besar yang berasal Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka dari golongan nonpribumi. Para pengusaha pribumi mendapat lisensi (semacam hak istimewa) dalam dunia bisnis.

Dalam waktu tiga tahun, yaitu pada tahun 1950–1953 telah ada tujuh ratus pengusaha yang memperoleh kesempatan itu. Setelah berjalan beberapa tahun ternyata Gerakan Benteng belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kaum pribumi tidak banyak memiliki pengalaman bisnis, bahkan para pemegang lisensi banyak yang menjual lisensi yang diperolehnya kepada pengusaha asing terutama Cina.

Sumber: damaruta.blogspot.com dari sooal.blogspot.com

Powered by Blogger.